Monday, May 02, 2011

Terapi Dan Rehabilitasi Kelainan Pertumbuhan


Kelainan fisik dapat segara dikenali pada anak tergolong penyandang sindroma Down dan terserang virus Rubella karena secara kasat mata tampak jelas ciri kelainan pada organ tubuh, wajah atau kaki tangannya kaku. Sedangkan mengenali kelainan mental pada penyandang autisme tidaklah mudah, apalagi bayi yang belum berumur 3 (tiga) tahun. Gejala kelainan mental penyandang autisme menurut ICD-10 WHO di atas
secara rinci dan tuntas dapat dipelajari pada sindroma Rett bagi anak perempuan dan sindroma Asperger bagi anak lelaki. Kelainan tersebut antara lain berasal dari kekurang-pekaan saraf sensorik dan saraf motorik bayi, berupa kelambanan gerakan kaki dan atau tangan, keterlambatan berbicara atau berjalan dibandingkan dengan kemampuan bayi seusia.
Berdasarkan gejala kelainan pertumbuhan anak di atas perlu dirancang program pengrehabilitasian kelainan yang secara awam dibedakan menjadi kelainan fisik (physical disorder) dan keterlambatan mental dan intelektual (mental and intellectual retardation). Keadaan dan kebutuhan mendasar penyandang kelainan pertumbuhan anak tersebut selanjutnya menjadi masukan dan acuan perancangan program terapi dan pengrehabilitasian, yang secara teknis dikelompokkan pada tiga tahapan, yaitu:
  1. Rehabilitasi dasar (basic rehablitation) yang lebih memfokuskan pada perawatan dan pemulihan kelainan fisik anak yang berumur hingga 3 (tiga) tahun. Dari pendiagnosaan dini dapat diketahui jenis kelainan yang perlu diterapi dan direhabilitasi, misalnya tergolong kekakuan atau kelemasan otot, ketidakmampuan mengendalikan gerakan otot. Program terapi dan rehabilitasi disesuaikan dengan jenis dan tingkat keparahan kelainan yang dirancang supaya pada usia 3 (tiga) tahun gerakan anak dapat dikategorikan normal seperti anak sebayanya. Yang perlu mendapat perhatian khusus adalah anak yang mengalami gangguan pendengaran yang sering terkait dengan gangguan berbicara. Penyandang autisme sering mengalami kelainan pada indra pendengaran yang diikuti kesulitan menelan dan berbicara. Pada tahapan ini dilakukan perawatan dan pelatihan khusus pada kelainan, kelemahan atau kekurangwajaran gerakan phisik anak yang berusia 2 – 4 tahun sambil dibiasakan bermain dengan rekan sebayanya.
  2. Rehabilitasi fungsional (functional rehabilitation) merupakan kelanjutan dari program rehabilitasi dasar di atas yang disesuaikan dengan tingkat kemajuan tiap anak serta usia dan tingkat perkembangan kejiwaan anak yang bersangkutan. Selain pelatihan phisik, program ini mulai memberikan muatan pelatihan ketrampilan, terutama ketrampilan bersosialisasi dengan mengacu kepada pola perkembangan jiwa anak dengan motto “Berlatih Sambil Bermain”. Tahapan rehabilitasi fungsional (functional rehabilitation) ini berupaya mengantisipasi kemungkinan terjadinya kerusakan cepat (rapid destructive) pada pada usia 1-4 tahun, dan kestabilan palsu (plateau or pseudo-stationary) pada usia 2-10 tahun seperti yang disinyalir oleh Dr. Andreas Rett di atas. Pada tahapan ini orang tua perlu memikirkan pendidikan putra-putrinya karena mereka memasuki usia wajib belajar. Mengingat kekhususan kondisi yang dialami putra-putrinya masing-masing, orang tua penyandang kelainan pertumbuhan perlu mempertimbangkan untuk menyelenggarakan sendiri program pendidikan dan pelatihan yang disesuaikan dengan kebutuhan, misalnya dilengkapi alat bantu terapi wicara, alat kesenian, ketrampilan yang dapat mengoptimalkan potensi kemandirian anak.
  3. Program peningkatan kemandirian anak yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan keperilakuan (behavioral approach) dan pendekatan kognitif (cognitive approach) serta pelatihan dan pendidikan lanjutan dirancang sesuai dengan kondisi phisik, mental emosional dan intelektual penyandang kelainan. Program pelatihan dan pendidikan ini merupakan lanjutan dari program rehabilitasi fungsional sebelumnya yang lebih diarahkan pada persiapan untuk memasuki pasar tenaga kerja atau berkarya secara mandiri dengan memperhatikan bakat dan ketersediaan teknologi maju yang berbasis komputer.

No comments:

Post a Comment